Kalangan pengusaha biro perjalanan sepenuhnya sadar, tanpa online system dengan penyedia jasa reservasi, mereka akan tergilas habis oleh para pesaingnya. Era offline sudah menjadi masa lampau bagi industri ini.
Memang, era offline sekarang ini sudah tinggal sejarah, terutama untuk mereka yang bergerak di industri parisisata, khususnya biro perjalanan. Itulah yang dikatakan Erni B Sulistiyanto, yang kini baru merintis usaha di sektor usaha itu. “Saya dulu bekerja di satu biro perjalanan besar dengan sistem reservasi yang sudah online. Sekarang, karena usaha saya sedang dalam tahap rintisan, jadi saya belum online. Tapi tidak bisa tidak, cepat atau lambat, saya harus online,” kata Erni yang berkantor di satu ruko Jl. Raya Serpong, Tangerang.
Erni bercerita, bisnis biro perjalanan adalah bisnis yang sangat padat teknologi, khususnya teknologi informasi. Bayangkan, kata dia, seorang calon penumpang pesawat kini mempunyai begitu banyak pilihan untuk terbang ke mana saja dengan pilihan maskapai penerbangan yang begitu banyak. Dengan sistem yang masih offline, Erni mengaku menghadapi sejumlah kendala untuk melakukan reservasi untuk calon pelanggannya. “Untuk beberapa maskapai penerbangan tertentu kami terpaksa melakukan pemesanan via telepon atau fax, jadi memang tidak praktis. Dalam situasi tertentu yang lain, saya terpaksa melakukan reservasi melalui biro perjalanan lain,” kata Erni.
Hal yang sama diceritakan oleh Joyce Sitanala Chusraini, operation manager PT Bayu Buana Tbk, salah satu biro perjalanan terkemuka di Indonesia. Menurut dia, saat ini perusahaan biro perjalanan praktis tak bisa lagi beroperasi dengan cara offline. Melakukan reservasi tiket pesawat atau hotel secara offline pasti akan memakan waktu yang sangat lama, memerlukan tenaga ekstra, dengan biaya yang sangat mahal. “Bayangkan kalau kita mau pesan hotel atau pesawat di Amerika secara offline. Kita kirim fax atau email sekarang, padahal di sana malam. Waktu mereka jawab, kita yang malam… jadi lama, kan?” kata Joyce.
Sistem offline semakin tidak bisa diandalkan lagi karena dalam industri pariwisata tersedia sistem reservasi yang berbasis teknologi informasi (computerized reservation system atau CRS). Sistem ini menghubungkan pihak penyedia jasa pariwisata, mulai dari perusahaan penerbangan, kereta api, pelayaran wisata, penyewaan kendaraan sampai dengan hotel, dengan pihak penjual jasa, yakni biro perjalanan. Di seluruh dunia dikenal ada beberapa CRS, dan yang menguasai pasar Asia Pasifik adalah Abacus International, yang juga beroperasi di Indonesia melalui PT Abacus Distribution Systems Indonesia.
“Ada begitu banyak penerbangan nasional dan internasional, hotel-hotel di berbagai negara, penyewaan kendaraan sampai dengan pelayaran wisata yang masuk dalam sistem komputer kami. Dengan demikian, satu biro perjalanan cukup terhubung dengan sistem kami, dan mereka langsung bisa melakukan reservasi untuk semua penyedia jasa pariwisata tersebut,” kata Fikdanel Thaufik, Senior Marketing Manager PT Abacus Indonesia. Bahkan menurut dia, Abacus menyediakan seluruh sistem berikut pelatihan untuk para operatornya. Pendek kata, hanya dengan menyediakan tempat dan operator, sebuah biro perjalanan bisa langsung mengadakan reservasi tiket, hotel, kereta api atau mobil, bahkan reservasi hotel dan kereta api di Eropa misalnya.
Menurut Fikdanel, penyedia CRS tidak mengenakan biaya apapun kepada biro perjalanan. Yang harus dibayar oleh biro perjalanan adalah biaya komunikasi data dari kantor biro perjalanan tersebut sampai ke sistem komputer CRS. “Kami mendapatkan pemasukan dari pihak penjual jasa seperti airlines atau hotel yang tergabung dengan kami. Biro perjalanan ‘kan distributor jasa mereka, jadi tidak dikenai biaya,” kata Fikdanel.
Itu sebabnya hampir semua biro perjalanan nasional menghubungkan diri dengan sistem komputer Abacus supaya mereka bisa melakukan reservasi hotel atau pesawat secara real time. Ketika ada pesanan dari pelanggan, seorang operator akan langsung bisa memastikan apakah tersedia tempat duduk di pesawat tertentu dengan tujuan dan jadwal tertentu. Bayu Buana, misalnya, juga menghubungkan seluruh kantornya, 13 kantor di Jakarta dan delapan kantor di luar Jakarta, dengan sistem komputer Abacus. “Biaya koneksi ke Abacus sekitar dua juta rupiah per link per bulan,” kata Joyce. Tetapi dia menambahkan, dengan terhubung dengan sistem reservasi itu, perusahaan bisa melakukan transaksi dengan jangkauan luas, termasuk ke airlines atau hotel di berbagai negara di seluruh dunia.
“Sekarang ini masing-masing kantor kami terhubung dengan satu link ke Abacus. Tapi kami sedang dalam proses untuk mengubah sistem itu. Kami ingin menyatukan seluruh komputer kami dalam satu jaringan (wide area network, WAN) sehingga link ke Abacus cukup satu saja,” kata Joyce. Dengan sistem ini, menurut dia, seluruh sistem komputer Bayu Buana bisa terintegrasi sehingga akan memudahkan manajemen untuk mendapatkan data terkini perusahaan. Pada saat yang sama, biaya komunikasi data ke Abacus bisa lebih efisien.
Baik pihak Abacus maupun Bayu Buana mengaku bahwa sistem online yang mereka jalankan mendapatkan dukungan layanan komunikasi data dari PT Lintasarta Aplikanusa. “Kami sudah lama bekerjasama dengan Lintasarta, dan tahu track record-nya. Karena itu begitu ada biro perjalanan yang berniat menghubungkan diri dengan sistem reservasi Abacus, kami selalu merekomendasikan mereka menggunakan jasa Lintasarta,” kata Fikdanel lagi. Sementara itu Joyce mengaku bahwa untuk sektor pariwisata, khususnya biro perjalanan, tampaknya belum ada yang menandingi Lintasarta. Karena itu Bayu Buana juga mempercayakan koneksinya ke Abacus kepada Lintasarta. Bahkan, perusahaan yang berkantor pusat di Jl. Juanda III itu juga berencana menggunakan layanan Lintasarta untuk mendukung pembangunan WAN seluruh kantornya kelak.
Saat ini Bayu Buana menggunakan layanan Sambungan Data Langsung (SDL), tetapi perusahaan itu sedang dalam persiapan untuk bermigrasi menggunakan teknologi ADSL (assimetric digital subscriber line). “Dengan teknologi ini kecepatannya lebih tinggi, sementara sistem monitoring koneksinya juga lebih mudah,” kata Joyce.
Widhy N. Soeranto, general manager penjualan Lintasarta, mengakui bahwa perusahaan itu melayani begitu banyak sambungan komunikasi data antara biro perjalanan dengan Abacus maupun komunikasi data internal biro perjalanan itu sendiri. “Benar sekali bahwa tidak ada cara lain bagi biro perjalanan selain melakukan online dengan penyedia sistem reservasi. Sebab, semua vendor jasa pariwisata terhubung dengan sistem reservasi seperti itu,” kata Widhy lagi.
BOX
VPN Multiservice: Aman dan Cepat
Sebagai penyedia layanan komunikasi data, Lintasarta mempunyai berbagai variasi produk andalan, masing-masing untuk tujuan yang berbeda. Salah satu layanan andalan perusahaan itu adalah VPN Multiservice. Dengan layanan ini, pengguna jasa akan mendapatkan satu paket solusi komunikasi data berbasis IP dengan menggunakan jaringan MPLS (Multi Protocol Label Switch), satu sistem yang aman untuk mengelola wide area network. (WAN).
Teknologi MPLS mengawinkan kemampuan label swapping dengan layer network routing untuk membangun jaringan privat yang bukan hanya aman tetapi juga cepat dalam hal pengiriman data. Dengan menggunakan teknologi ini, pengguna jasa akan memiliki jaringan yang bisa diandalkan sekaligus berbiaya relatif murah.
Teknologi ini bisa dimanfaatkan oleh mereka yang mempunyai kebutuhan komunikasi data dengan trafik yang tinggi dengan menggunakan berbagai aplikasi, mulai dari file transfer, email, web intranet atau internet dedicated. Dengan kecepatan maksimum 2 Mbps, teknologi ini sangat mendukung penggunaan berbagai aplikasi transaksional dan interaktif seperti perdagangan saham, online banking, payment point atau sistem reservasi.