Dalam beberapa pekan terakhir telah terjadi banyak sekali bencana alam, terutama banjir. Bahkan di beberapa tempat banjir tersebut telah diikuti oleh tanah longsor. Saya sendiri tidak terkena akibat langsung dari banjir itu. Tetapi saya prihatin terhadap nasib saudara-saudara yang kehilangan anggota keluarga, kehilangan rumah, bahkan juga kehilangan sumber penghasilan. Bagaimana ilmu perencanaan keuangan menghadapi hal-hal yang tidak terduga seperti ini? Bagaimana “ilmu” perencanaan keuangan kalau dihadapkan pada ketidakpastian seperti itu?
Salam,
Bastian Saragih, Gresik
Pak Bastian terimakasih anda mengingatkan saya pada pada satu masalah yang sangat serius didalami “ilmu” perencanaan keuangan, yakni manajemen risiko. Benar, manajemen risiko adalah salah satu bagian penting dalam perencanaan keuangan. Persoalan yang diajukan oleh Pak Bastian dan kita lihat bersama adalah soal manajemen risiko.
Dalam membuat perencanaan keuangan, seseorang atau satu keluarga tidak cukup hanya merancang arus kas, tabungan dan investasi. Sebab, hidup ini, seperti anda katakan, penuh dengan ketidakpastian. Hari ini orang sehat walafiat, besok belum tentu. Hari ini orang jadi direktur, besok belum tentu. Hari ini beras masih terbeli, besok belum tentu. Tetapi betapapun tidak pastinya, hidup harus jalan terus, persoalan harus dihadapi.
Ketidakpastian itu sendiri menyangkut dua kemungkinan, yaitu kemungkinan baik dan kemungkinan buruk. Kalau hari ini anda adalah seorang staff dan besok jadi manajer, itu adalah kemungkinan yang baik. Tapi kalau rumah anda biasanya aman tetapi kemudian dilanda banjir, maka itu adalah kemungkinan buruk. Mengenai kemungkinan-kemungkinan buruk inilah kita harus melakukan sesuatu. Kemungkinan buruk kita sebut saja risiko. Dan bagaimana kita mengelola kemungkinan buruk itulah yang disesbut manajemen risiko.
Dalam manajemen risiko, yang perlu dilakukan pertama-tama adalah melakukan analisa mengenai risiko apa saja yang mungkin kita hadapi. Tentu saja risiko yang diperhitungkan dalam perencanaan keuangan adalah risiko yang punya nilai ekonomi misalnya risiko rumah kebakaran, kebanjiran atau kena tsunami. Atau risiko kehilangan pekerjaan (PHK) atau kehilangan sumber penghasilan lain (usaha bangkrut). Atau risiko digugat oleh pihak lain, dan sebagainya. Dalam melakukan analisa ini, orang harus terbuka pada setiap kemungkinan atau risiko buruk. Jangan pernah mengatakan, “Saya pengemudi berpengalaman, maka tidak mungkin tabrakan… atau biasanya rumah saya bebas banjir maka rumah saya tidak akan pernah kebanjiran.” Maka, cobalah melakukan identifikasi, risiko apa saja yang mungkin anda hadapi.
Setelah menemukan sederet risiko, anda perlu membuat satu analisa, apakah semua risiko itu kemungkinannya sama. Kalau anda tinggal di daerah macet, maka risiko mobil serempetan akan lebih tinggi ketimbang kalau anda tinggal di pedesaan. Kalau rumah anda berimpitan dengan pasar, risiko kebakarannya lebih tinggi dibanding rumah di tengah perkebunan. Kalau rumah anda di atas bukit maka risiko kebanjirannya lebih rendah ketimbang rumah di lembah [tapi mungkin rawan longsor].
Nah begitu semua risiko teridentifikasi, anda perlu putar otak, mau apa dengan risiko-ririko itu? Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah mengurangi risiko. Untuk mengurangi risiko kebakaran, kita menyiapkan alat pemadam kebakaran atau mengganti komponen rumah dengan komponen yang tidak mudah terbakar. Untuk mengurangi risiko serempetan, anda meminimalkan perjalanan ke daerah macet, dan sebagainya.
Apa yang harus kita lakukan kalau kita tidak mungkin mengurangi tingkat risiko yang kita hadapi? Ada tiga kemungkinannya yaitu: abaikan saja (kalau risiko itu kecil), hadapi sendiri (kalau kita masih kuat menghadapi), atau alihkan kepada pihak lain. Biarkan orang lain yang menanggung risiko kita, dan kita hanya perlu membayar beberapa persen dari nilai risiko itu. Bagaimana caranya? Asuransikan saja asset yang berisiko tadi. Biarkan perusahaan asuransi yang menanggung risiko kebakaran, kebanjiran atau gempa yang melanda rumah kita. Biarkan perusahaan asuransi yang mengganti rugi kalau mobil anda serempetan atau ditabrak kendaraan lain. Biarkan asuransi yang mengganti biaya pengobatan kalau anda sakit dan seterusnya. Yang perlu kita lakukan adalah membayar perusahaan asuransi dalam bentuk premi.
Jelas ini merupakan bagian tak terpisahkan dari perencanaan keuangan. Kalau anda tidak berasuransi, ketika risiko melanda (banjir, kebakaran, sakit, terkena PHK), maka yang harus menanggung adalah anda sendiri dan keluarga. Tetapi kalau anda telah mengalihkan risiko anda kepada perusahaan asuransi, setelah terjadi risiko seperti yang anda sebut di atas anda masih bisa membangun kembali rumah anda, bisa memperbaiki rumah, bisa membayar biaya rumah sakit dan seterusnya. Dengan demikian tabungan anda tetap aman, dan perencanaan pensiun dan tabungan anda tidak terganggu.
Demikian Pak Bastian, semoga membantu.
Salam, Her Suharyanto