“Mari, pak, bergabung dengan kami,” tutur Pastor Widyo pada seorang tamu, yang ingin bertemu dengan Pastor Andreas Dedi di satu akhir pekan yang terik di bulan September. Siang itu, di ruang makan Pastoran Paroki St. Monika, Serpong, Pastor Widyo, lengkapnya Pastor Yohanes Djino Widyasuhardjo, sedang makan siang bersama Pastor Andreas. Tamu itu seperti ragu untuk bergabung. “Akan mengganggu acara komunitas, dan mungkin juga jatah makan siang keluarga pastoran,” pikir sang tamu.
Day: January 2, 2006
Pastor Widyo, Sebuah Paradoks
Beberapa waktu yang lalu penulis meminta Pastor Agus Rachmat Widiyanto OSC, Provinsial OSC untuk menulis sepatah dua patah kata tentang Pastor Widyo. Tetapi Pastor Agus, yang dalam tahun orientasinya dibimbing oleh Pastor Widyo, mengatakan dia akan diminta berkotbah dalam misa 25 tahun Imamat Pastor Widyo di Paroki St. Monika Serpong. Tetapi Pastor Agus tidak menolak ketika penulis bertanya apakah boleh melakukan wawancara melalui telepon.
Djino, Sidji Ono…
“Djino itu waktu kecil tidak nakal, tetapi ndugal (usil),” kata Bp. Suwito Hardjo, 78, mengenai anaknya, Yohannes Djino Widyosuhardjo, yang kini menjadi pastor kepala Paroki St. Monika Serpong. Dan pernyataan semacam itu itu keluar dari semua yang dekat dengan Djino di masa kecil, mulai dari ibunya sendiri, Ibu Wito, C. Murni, adiknya, Pak Sugeng, gurunya, dan Pak Sudarno serta Pak Sukardi, keduanya teman masa kecil Pastor Widyo, begitu dia biasa dipanggil.
Para Idola: Ayah, Guru, Paman
Djino (nama kecil Pastor Yohanes Djino Widyasuhardjo) masuk seminari? Bagi banyak orang ini adalah berita besar, karena siapapun tidak membayangkan hal itu akan terjadi. Jangankan orang lain, keluarganya sendiri pun dibuatnya terkejut. Bahkan Djino sendiri awalnya tidak sangat yakin dengan pilihannya itu.
Papua, Sebuah Monumen
Setelah ditahbiskan 19 September 1979, tugas pertama yang diterima oleh Pastor Widyo adalah menjadi pastor pembantu di Paroki St. Mikael, Indramayu. Waktu itu yang menjadi pastor paroki di paroki itu adalah pastor Bertus Blessing, seorang misionaris OSC asal Belanda yang sekarang sudah menjadi warganegara Indonesia. Pastor Blessing, yang kini bertugas sebagai pastor pembantu di Paroki St. Yusuf, Cirebon, mengatakan, “Saya tidak mengenal Widyo waktu sebelum dia bertugas di Indramayu. Tapi kesan pertama saya, dia orang baik. Waktu itu dia datang diantar oleh umat dari Cigugur, karena dia baru menyelesaikan pastoral akhirnya di Cigugur.”
Menuju Roma, Lewat Tasik
Pulang dari Papua, waktu itu Irian Jaya, semestinya Pastor Widyo bersiap-siap selama beberapa bulan untuk pergi ke Roma. Pastor Widyo mestinya antara lain belajar Bahasa Inggris sehingga bisa memenuhi syarat untuk mengikuti kuliah-kuliah dalam bahasa itu. Sedianya Pastor Widyo akan mengikuti program studi Islamologi.
Paroki St. Monika, Tantangan Terbaru
Dengan berat hati umat Paroki St. Yusuf melepas kepergian Pastor Yohanes Djino Widyasuhardjo OSC yang sudah bertugas di paroki itu lebih dari tujuh tahun. Seorang umat paroki itu mengatakan, Pastor Widyo, begitu dia dipanggil, memang sangat dicintai umat paroki tersebut. Sedemikian mencintai sang pastor, mereka menghadap Bapa Uskup dan Provinsial OSC di Bandung untuk meminta agar Pastor Widyo tidak dipindahkan dari paroki tersebut. Tetapi keputusan Uskup dan Provinsial OSC sudah bulat, Pastor Widyo harus pindah ke tempat baru, Paroki St. Monika Serpong, Keuskupan Agung Jakarta.
Pastor Widyo: Diperlukan Keteladanan
Banyak orang yang mengatakan, bahwa Pastor Widyo adalah orang yang sangat menikmati panggilan imamatnya. Di lain pihak, dia juga dikenal sebagai orang yang dekat dengan para frater serta para pastor muda OSC. Tampaknya Pastor Widyo memang begitu bahagia dengan panggilan imamat dan kebiarawanannya, dan ingin agar kebahagiaan itu juga dinikmati oleh orang lain. Berikut adalah bincang-bincang penulis dengan Pastor Widyo seputar panggilan hidupnya, dan bagaimana dia mencoba “mempPastorsikan” kebahagiaan hidup imamat kepada orang lain.